8.22.2015

E S K A P I S

Tak jarang pikiran itu terlintas
Bergeming sedetik, barang sepintas,
"Hanya jiwa dalam tubuh yang fana,
Apa artinya aku hidup dalam dunia?"

Cinta hebat terus direnggut
Rasa sakit selalu diteguk
Kisah sama kian ditenggak
Hingga akhirnya lelah ditolak

Memang ini yang disebut hidup
Kadang cerah, ia kadang redup
Dunia berputar, namun pikiran enggan diam
Kau tutup mata agar segala cepat silam

Dalam pikiran engkau melayang
Jauh dari semua, kau ingin menentang
Sunyi senyap, matahari pun sirna
Nanti saja hadapi realita

Kau adalah seorang eskapis
Pemberontak, pemikir, perintis
Bebas lepas dari tatapan mata
Menyendiri dengan sang semesta

Kembalilah dari kegelapan itu
Bangun, lekaslah buka matamu
Percaya atau tidak, dunia membutuhkanmu
Kuatkanlah hatimu, awal yang baru menunggumu

( —i.t )

Ba-ha-gia

Sudah terlalu lama ia menutup mata. Terlalu lama ia tinggal dalam gelap. Bagai sehelai selimut tebal menutupi raganya; kesedihan, kegelisahan, ketakutan tak ingin meninggalkannya.  Mengekangnya untuk berpikir bahwa ia bisa. Membatasinya untuk berpikir bahwa ia mampu.

Sebuah sentakan.

Ia terbangun, membuka kedua kelopak mata terhadap realita dunia. Sebuah perasaan bersenandung nada gelap yang kian lama tinggal dalam raganya telah tiada. Ia merasa bebas, lepas, tidak terkekang. Sudah berbulan-bulan ia tak merasakannya.

Kini matanya berbinar. Cara bicaranya meledak-ledak. Ia mengernyitkan dahinya, sebuah pertanyaan menggantung di bibirnya. Berlari kesana-kemari, menghirup udara, menyapa semesta.

Ia tertawa, tangan terentang luas memeluk segala.

Biarkanlah. Mungkin ia bahagia.

(i.t)